Nama :
Wagiah
NIM : ACC 114
039
Mata Kuliah : Strategi Belajar Mengajar
Jawaban Tugas Strategi Belajar Mengajar
1.
Strategi Inquiry
Konsep dasar SPI
Proses pembelajaran didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Penerapan
asas ini dalam proses CTL, dimulai dari adanya kesadaran siswa akan masalah
yang jelas yang ingin dipecahkan.
Strategi pembelajaran inkuiri adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi
pembelajaran inkuiri yaitu:
1. Strategi
inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
2.
Seluruh aktivitas yang dilakukan
siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
beiuef).
3. Tujuan dari
penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau pengembangan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Strategi pembelajaran inkuiri akan
efektif manakala:
Guru mengharapkan siswa dapat
menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan
demikian dalam strategi inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan sebagai
tujuan utama pembelajaran.
Prinsip-prinsip penggunaan SPI
1. Berorientasi
pada pengembangan Intelektual
2.
Prisip interaksi
3.
Prinsip bertanya
4. Prinsip
keterbukaan
Langkah pelaksanaan SPI
1. Orientasi
Adalah langkah untuk membina suasana
atau iklim pembelajaran yang responsif. pada langkah ini guru mengondisikan
agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Keberhasilan SPI sangat
tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam
mecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses
pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
2. Merumuskan
masalah
Merupakan langkah membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam merumuskan masalah, diantaranya:
·
Masalah hendaknya dirumuskan sendiri
oleh siswa.
·
Masalah yang dikaji adalah masalah
yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti.
·
Konsep-konsep dalam masalah adalah
konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.
3. Merumuskan
Hipotesis
Hepotesis adalah jawaban sementara
dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.
4. Mengumpulkan
data
Mengumpulkan data adalah aktivitas
menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual.
5. Menguji
hepotesis
Menguji hepotesis adalah proses
menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi
yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji
hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.
6. Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendesripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil penguji hipotesis.
Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran.
2.
Strategi Konstruktivisme
Proses
membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa
berdasarkan pengalaman. Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar
siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan atau
pengalaman.
Menurut
faham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang
mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada
orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang
diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif di mana terjadi
proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga
terbentuk suatu skema (jamak: skemata) yang baru.
Kontruksi
berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme
adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Ada dua
konsep penting dalam teori Vygotsky (Slavin, 1997), yaitu Zone of Proximal
Development (ZPD) dan scaffolding.
1. Zone of
Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara
tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang
didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang
dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu.
2. Scaffolding merupakan
pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran,
kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih
tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya (Slavin,
1997). Scaffolding merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa
untuk belajar dan memecahkan masalah. Bantuan tersebut dapat berupa
petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah
pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan
siswa itu belajar mandiri.
Hubungan
Kontruktivisme dengan Teori Belajar Lain
Selama 20
tahun terakhir ini konstruktivisme telah banyak mempengaruhi pendidikan Sains
dan Matematika di banyak negara Amerika, Eropa, dan Australia. Inti teori ini
berkaitan dengan beberapa teori belajar seperti teori Perubahan Konsep, Teori
Belajar Bermakna dan Ausuble, dan Teori Skema.
- Teori Belajar Konsep
Dalam banyak
penelitian diungkapkan bahwa teori petubahan konsep ini dipengaruhi atau
didasari oleh filsafat kostruktivisme. Konstruktivisme yang menekankan bahwa
pengetahuan dibentuk oleh siswa yang sedang belajar, dan teori perubahan konsep
yang menjelaskan bahwa siswa mengalami perubahan konsep terus menerus, sangat
berperan dalam menjelaskan mengapa seorang siswa bisa salah mengerti dalam
menangkap suatu konsep yang ia pelajari. Kostruktivisme membantu untuk mengerti
bagaimana siswa membentuk pengetahuan yang tidak tepat.
2.
Teori Bermakna Ausubel
Menurut
Ausubel, seseorang belajar denga mengasosiasikan fenomena baru ke dalam sekema
yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat memperkembangkan sekema
yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengonstruksi
apa yang ia pelajari sendiri.
Teori
Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan Konstruktivesme. Keduanya
menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan
fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan
pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah
dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa
aktif.
3.
Teori Skema.
Menurut
teori ini, pengetahuan disimpan dalam suatu paket informasi, atau sekema yang
terdiri dari konstruksi mental gagasan kita. Teori ini lebih menunjukkan bahwa
pengetahuan kita itu tersusun dalam suatu skema yang terletak dalam ingatan
kita. Dalam belajar, kita dapat menambah skema yang ada sihingga dapa t menjadi
lebih luas dan berkembang.
Konstrtivisme,
Behaviorisme, dan Maturasionisme
Konstruktivisme
berbeda dengan Behavorisme dan Maturasionisme. Bila Behaviorisme menekankan
keterampilan sebagai suatu tujuan pengajaran, konstruktivime lebih menekankan
pengembangan konsep dan pengertian yang mendalam. Bila Maturasionisme lebih
menekankan pengetahuan yang berkembang sesuai dengan langkah–langkah
perkembangan kedewasaan. Konstruktivisme lebih menekankan pengetahuan sebagai
konstruksi aktif sibelajar. Dalam pengertian Maturasionisme, bila seseorang
mengikuti perkembangan pengetahuan yang ada, dengan sendirinya ia akan
menemukan pengetahuan yang lengkap. Menurut Konstruktivisme, bla seseorang
tidak mengkonstruktiviskan pengetahuan secara aktif, meskipun ia berumur tua
akan tetap
Ciri-ciri
Pembelajaran Secara Konstruktivisme
Adapun ciri
– ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah
1.
Memberi peluang kepada murid membina
pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenar
- Menggalakkan soalan/idea yang dimul akan oleh
murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
- Menyokong pembelajaran secara koperatif
Mengambilkira sikap dan pembawaan murid
- Mengambilkira dapatan kajian bagaimana murid
belajar sesuatu ide
- Menggalakkan & menerima daya usaha &
autonomi murid
- Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan
murid & guru
- Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang
sama penting dengan hasil pembelajaran.
- Menggalakkan proses inkuiri murid mel alui kajian
dan eksperimen.
Prinsip-prinsip
Kontruktivisme
1.
Pengetahuan dibangun oleh siswa
sendiri
- Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru
kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar
- Murid aktif megkontruksi secara terus menerus,
sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
- Guru sekedar membantu menyediakan saran dan
situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
- Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
- Struktur pembalajaran seputar konsep utama
pentingnya sebuah pertanyaan
- Mmencari dan menilai pendapat siswa
- Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan
siswa.
Dari semua itu hanya ada satu
prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata
memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun pengetahuan didalam
benaknya sendiri.
Kelebihan
dan Kelemahan Teori Kontruktivisme
1.
Kelebihan
·
Berfikir :Dalam proses membina
pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan
membuat keputusan.
·
Faham :Oleh kerana murid terlibat
secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan
boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
·
Ingat :Oleh kerana murid terlibat
secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin
Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justeru mereka
lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
·
Kemahiran sosial :Kemahiran sosial
diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan dan guru dalam membina pengetahuan
baru.
·
Seronok :Oleh kerana mereka terlibat
secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka
mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.
2.
Kelemahan
Dalam
bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses
belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu
mendukung.
3. Tanya Jawab (questioning)
Pengertian Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara
untuk menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus
dijawab oleh siswa atau sebaliknya (pertanyaan dari siswa yang harus dijawab
oleh guru) baik secara lisan atau tertulis. Pertanyaan yang
diajukan mengenai isi pelajaran yang sedang diajarkan
guru atau pertanyaan yang lebih luas, asal berkaitan
dengan pelajaran atau pengalaman
yang dihayati. Melalui dengan tanya jawab akan
memperluas dan memperdalam pelajaran tersebut.
Alasan Penggunaan
- untuk meninjau pelajaran yang lain
- agar siswa memusatkan perhatian terhadap kemajuan
yang telah dicapai sehingga dapat melanjutkan
pelajaran berikut
- untuk menangkap perhatian siswa serta memimpin
pengamatan dan pemikiran siswa
Tujuan
Metode tanya jawab digunakan dengan
tujuan untuk:
- mengetahui penguasaan bahan pelajaran melalui
ingatan dan pengungkapan perasaan serta sikap siswa tentang fakta yang
dipelajari, didengar atau dibaca
- mengetahui jalan berpikir siswa secara
sistematis dan logis dalam memecahkan masalah (cara berpikir siswa
tidak meloncat-loncat dalam menangkap dan memecahkan
suatu masalah).
- memberikan tekanan perhatian pada bagian-bagian
pelajaran yang dipandang penting serta mampu
menyimpulkan dan mengikutsertakan pelajaran sehingga
mencapai perumusan yang baik dan tepat.
- memperkuat lagi kaitan antara suatu pertanyaan
dengan jawabannya sehingga dapat membantu
tumbuhnya perhatian siswa pada pelajaran dan
mengembangkan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman
yang telah dimilikinya.
- membiasakan siswa mengenal bentuk dan jenis
pertanyaan serta jawabannya yang benar dan tepat.
Manfaat
- pertanyaan dapat membangkitkan minat dan
motivasi belajar siswa, serta mampu menghubungkan pelajaran lama dengan
yang baru
- pertanyaan ingatan yang meminta jawaban yang
bersifat pengungkapan kembali dapat memperkuat ingatan
(assosiasi) antara pertanyaan dengan jawaban
- pertanyaan pikiran yang meminta jawaban yang harus
dipikirkan, menafsirkan, menganalisis dan menarik
kesimpulan dapat mengembangkan cara-cara beripikir
logis dan sistematis
- pertanyaan dapat mengurangi proses lupa karena jawaban
yang diperoleh atau dikemukakan dioleh dalam suasana yang serius dan
pemusatan perhatian terhadap jawaban. Apabila jawaban dibenarkan oleh
guru, makarasa gembira tersebut akan
memperkuat jawaban itu tersimpan dalam ingatan siswa
- jawaban yang salah segera dapat dikoreksi
- pertanyaan akan merangsang siswa beripikir dan
memusatkan perhatian pada satu pokok perhatian
- pertanyaan dapat membangkitkan hasrat melakukan
penyelidikan yang mengarahkan siswa beripikir secara ilmiah
- pertanyaan fakta atau masalah dapat mengarahkan
belajar seperti yang dituju oleh suatu mata pelajaran
yang dapat membantu siswa mengetahui bagian-bagian yang perlu diketahui
dan diingat
- pertanyaan dapat digunakan untuk tujuan
latihan dan mengulang’
- siswa belajar menjawab pertanyaan dengan benar,
baik isi jawaban maupun susunan bahasa yang dipergunakan
untuk mengekspresikan perasaan dan ide-ide atau
pikirannya sehingga dapat didengar, ditelaah dan dinilai oleh guru
- siswa juga diajak
berani bertanya untuk kepentingan proses belajar
mengajar dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu siswa
belajar mengemukakan pertanyaan yang layak
dan menghargai pertanyaan orang lain
- pertanyaan-pertanyaan oleh guru atau siswa dapat
menimbulkan suasana kelas hidup dan gembira
- siswa memperoleh kesempatan ikut berpartisipasi
dalam proses kegiatan belajar mengajar
- dari jawaban-jawaban yang diperoleh, dapat
merupakan umpan balik bagi guru mengenai
pengetahuan, sikap dan sifat-sifat siswa serta hasil
proses belajar mengajarnya.
Langkah-langkah penggunaan
1. Persiapan
·
menentukan topik
·
merumuskan tujuan pembelajaran
khusus (TPK)
·
menyusun pertanyaan-pertanyaan secara tepat
sesuai dengan TPK tertentu
·
mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang
mungkin diajukan siswa.
2.
Pelaksanaan
·
menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran
khusus (TPK)
·
mengkomunikasikan penggunaan metode tanya jawab (siswa tidak hanya bertanya tetapi juga
menjawab pertanyaan guru maupun siswa yang lain)
·
guru memberikan permasalahan sebagai bahan
apersepsi
·
guru mengajukan pertanyaan keseluruh
kelas
·
guru harus memberikan waktu yang cukup untuk
memikirkan jawabannya, sehingga dapat merumuskan secara
sistematis
·
tanya jawab harus berlangsung dalam suasana
tenang, dan bukan dalam suasana yang tegang dan
penuh persaingan yang tak sehat di antara parasiswa
·
pertanyaan dapat ditujukan pada
seorang siswa atau seluruh kelas, guru perlu
menggugah siswa yang pemalu atau pendiam, sedangkan siswa yang
pandai dan berani menjawab perlu dikendalikan untuk
memberi kesempatan pada yang lain
·
guru mengusahakan
agar setiap pertanyaan hanya berisi satu masalah saja.
·
pertanyaan . Beberapa cara
mengajukan pertanyaan:
- gunakan variasi pertanyaan yang terbuka dan
tertutup
- gunakan bahasa yang baik dan benar serta
pilihlah kata-kata secara cermat
- dengarkan baik-baik jawaban anak-anak
- sikap mengatakan dengan kata-kata lain
pertanyaan-pertanyaan anak dan mengarahkannya kembali
- jaga pertanyaan supaya pendek dan sederhana
- mulailah dari apa yang sudah diketahui
murid-murid
- akui bila anda sendiri tidak tahu, tetapi kemudian
usahakan mendapatkan jawabannya
- angkat tangan dan seorang tiap kali untuk
mendapat jawaban
- berikan setiap orang
kesempatan untuk menjawabpada waktu tertentu
- waspada terhadap pengalihan perhatian atau jawaban yang ”tidak
tepat” dan usahakan untuk meredamnya
- gunakan kata-kata yang sederhana dan mudah
dimengertijagalah agar pertanyaan itu singkat.
4. SETS
Pengertian
SETS
Pendekatan
SETS (Science, Environment, Technology, and Society) dalam bahasa Indonesia
dikenal dengan sebutan saling temas yang merupakan sains, lingkungan, teknologi,
dan masyarakat. Asyari (dalam Tristanti, 2011:12) mengartikan pendekatan SETS
sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran sains yang mengaitkan dengan
lingkungan, teknologi, dan masyarakat sekitar. Pendekatan SETS ditujukan untuk
membantu peserta didik mengetahui sains, perkembangan dan aplikasi konsep sains
dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini membahas tentang hal-hal yang
bersifat nyata, yang dapat dipahami, dapat dibahas, dan dapat dilihat.
Hakekat
Pendekatan Sains, Teknologi lingkungan dan Masyarakat
Pendekatan
Sains, Teknologi lingkungan dan masyarakat (SETS) adalah pengindonesiaan dari
Science-Technology-Society (STS) yang pertama kali dikembangkan di Amerika
Serikat pada tahun 1980-an, dan selanjutnya berkembang di Inggris dan
Australia. National Science Teacher Association atau NSTA, mendefinisikan
pendekatan ini sebagai belajar/mengajar sains dan teknologi dalam konteks
pengalaman manusia. Dengan volume informasi dalam masyarakat yang terus
meningkat dan kebutuhan bagi penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
hubungannya dengan kehidupan masyarakat dapat menjadi lebih mendalam, maka
pendekatan SETS dapat sangat membantu bagi anak. Oleh karena pendekatan ini
mencakup interdisipliner konten dan benar- benar melibatkan anak sehingga dapat
meningkatkan kemampuan anak. Pendekatan ini dimaksudkan untuk menjembatani
kesenjangan antara kemajuan iptek, membanjirnya informasi ilmiah dalam dunia
pendidikan, dan nilai–nilai iptek itu sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari
-hari.
Program
pembelajaran dengan pendekatan SETS pada umumnya mempunyai karakteristik,
sebagai berikut:
1. Identifikasi
masalah-masalah setempat.
2. Penggunaan
sumber daya setempat yang digunakan dalam memecahkan masalah.
3. Keikutsertaan
yang aktif dari siswa dalam mencari informasi untuk memecahkan masalah.
4. Perpanjangan
pembelajaran di luar kelas dan sekolah.
5. Fokus
kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
6. 6.
Isi dari pembelajaran bukan hanya konsep-konsep saja yang harus dikuasai siswa
dalam kelas.
7. Penekanan
pada keterampilan proses di mana siswa dapat menggunakan dalam memecahkan
masalah.
8. Penekanan
pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
9. Kesempatan
bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara identifikasi bagaimana sains dan
teknologi berdampak di masa depan.
10.
Kebebasan atau otonomi
dalam proses belajar.
Yang
perlu diperhatikan dalam membelajarkan SETS untuk major sains adalah sebagai
berikut.
1. Topik
yang dipilih hendaknya memunculkan sains yang telah dikenal dalam kurikulum,
dan dititikberatkan pada keterkaitan hubungan dengan teknologi, lingkungan
maupun masyarakat.
2. Hendaknya
diberikan materi pengajaran yang dapat menyentuh rasa kepedulian tentang
keberadaan sains, teknologi, lingkungan, masyarakat sebagai satu kesatuan yang
tidak terpisah.
3. Pemilihan
materi pengajaran hendaklah yang dapat membawa peserta didik ke arah ‘melek’
sains dan teknologi beserta penerapannya dan berbagai dampaknya positif atau
negatif terhadap lingkungan, masyarakat, serta pada teknologi itu sendiri
sehingga dapat lebih menumbuhkan kepedulian peserta didik dan tanggung jawab
mereka pada pemecahan masalah lingkungan dan masyarakat.
4. Pembuatan
bahan evaluasi hendaknya menerapkan sains, teknologi, masyarakat, lingkungan
yang relevan.
Tahap-tahap
Pendekatan SETS
Secara
operasional National Science Teacher Association menyusun tahapan pembelajaran
sains dengan pendekatan SETS sebagai berikut.
a. Tahap
invitasi
Pada
tahap ini guru memberikan isu/ masalah aktual yang sedang berkembang di
masyarakat sekitar yang dapat dipahami peserta didik dan dapat merangsang siswa
untuk mengatasinya. Guru juga bisa menggali pendapat dari siswa, yang ada
kaitannya dengan materi yang akan dibahas.
b. Tahap
eksplorasi
Pada
tahap ini, guru dan siswa mengidentifikasi daerah kritis penyelidikan. Data-data
dan informasi dapat dikumpulkan melalui pertanyaan-pertanyaan atau wawancara,
kemudian menganalisis informasi tersebut. Data dan informasi dapat pula
diperoleh melalui telekomunikasi, perpustakaan dan sumber-sumber dokumen publik
lainnya. Dari sumber-sumber informasi, siswa dapat mengembangkan penyelidikan
berbasis ilmu pengetahuan untuk menyelidiki isu-isu yang berkaitan dengan
masalah ini. Pemahaman tentang hujan asam, misalnya, dilakukan dalam
laboratorium untuk menyelidiki sifat -sifat asam dan basa. Penyelidikan ini
memberikan pemahaman dasar untuk pengembangan, pengujian hipotesis, dan
mengusulkan tindakan (Dass, 1999 dalam Raja, 2009).
c. Tahap
solusi
Pada
tahap ini, siswa mengatur dan mensintesis informasi yang mereka telah
kembangkan sebelumnya dalam penyelidikan. Proses ini termasuk komunikasi lebih
lanjut dengan para ahli di lapangan, pengembangan lebih lanjut, memperbaiki,
dan menguji hipotesis mereka, dan kemudian mengembangkan penjelasan tentatif
dan proposal untuk solusi dan tindakan. Hasil tersebut kemudian dilaporkan dan
disajikan kepada rekan -rekan kelas untuk menggambarkan temuan, posisi yang
diambil, dan tindakan yang diusulkan (Dass, 1999 dalam Raja, 2009).
d. Tahap
aplikasi
Siswa
diberi kesempatan untuk menggunakan konsep yang telah diperoleh. Dalam hal ini
siswa mengadakan aksi nyata dalam mengatasi masalah yang muncul dalam tahap
invitasi.
e. Tahap
pemantapan konsep
Guru memberikan umpan
balik/ penguatan terhadap konsep yang diperoleh siswa.Menurut Varella (1992)
dalam Widyatiningtyas (2009), evaluasi dalam SETS meliputi ruang lingkup aspek:
1. Pemahaman
konsep sains dalam pengalaman kehidupan sehari -hari.
2. Penerapan
konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sains untuk masalah-masalah
teknologi sehari-hari.
3. Pemahaman
prinsip-prinsip sains dan teknologi yang terlibat dalam alat–alat teknologi
yang dimamfaatkan masyarakat.
4. Penggunaan
proses-proses ilmiah dalam pemecahan masalah-masalah yang terjadi dalam
kehidupan sehari -hari.
5. Pembuatan
keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kesehatan, nutrisi, atau hal-hal
lain yang didasarkan pada konsep-konsep ilmiah.
Menurut
Yagger (1994), penilaian terhadap proses pembelajaran yang menggunakan
pendekatan SETS dapat dilakukan dengan menggunakan lima domain, yaitu:
1.
Konsep, yang meliputi
penguasaan konsep dasar, fakta dan generalisasi.
2.
Proses, penggunaan
proses ilmiah dalam menemukan konsep atau penyelidikan.
3.
Aplikasi, penggunaan
konsep dan proses dalam situasi yang baru atau dalam kehidupan.
4.
Kreativitas,
pengembangan kuantitas dan kualitas pertanyaan, penjelasan, dan tes untuk
mevalidasi penjelasan secara personal.
5.
Sikap, mengembangkan
perasaan positif dalam sains, belajar sains, guru sains dan karir sains.
Kelebihan SETS
Menurut
Ismail pendekatan SETS memiliki keunggulan sebagai berikut.
a.
Menghindari materi
oriented dalam pendidikan tanpa tahu masalah-masalah di masyarakat secara
lokal, nasional, maupun internasional.
b.
Mempunyai bekal yang
cukup bagi peserta didik untuk menyongsong era globalisasi.
c.
Membekali peserta didik
dengan kemampuan memecahkan masalah-masalah dengan penalaran sains, lingkungan,
teknologi dan masyarakat secara integral baik di dalam ataupun di luar kelas.
d.
Pengajaran sains lebih
bermakna karena langsung berkaitan dengan permasalahan yang muncul di kehidupan
keseharian siswa tentang peranan sains dalam kehidupan nyata.
e.
Meningkatkan kemampuan
siswa untuk mengaplikasikan konsep, keterampilan, proses, kreativitas, dan
sikap meghargai produk teknologi serta bertanggung jawab atas masalah yang
muncul di lingkungan.
f.
Kegiatan kelompok dapat
memupuk kerjasama antar siswa dan sikap toleransi dan saling menghargai
pendapat teman.
g.
Mengaplikasikan suatu
gagasan atau penciptaan suatu karya yang dapat bermanfaat bagi masyarakat
maupun bagi perkembangan sains dan teknologi. Dengan demikian pendekatan SETS
dapat membantu siswa dalam mengetahui sains, teknologi yang digunakannya serta
perkembangan sains dan teknologi dapat berpengaruh terhadap lingkungan dan
masyarakat.
5.Metode Diskusi
Metode
diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa,
serta untuk membuat suatu keputusan (killen, 1998).
Secara umum
ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Pertama,
diskusi kelompok (diskusi kelas). Diskusi ini dinamakan juga diskusi kelas.
Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa
kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang.
Kelebihan
dan kelemahan metode diskusi
a. kelebihan
diskusi yaitu:
1. metode
diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan
gagasan dan ide-ide.
2. Dapat
melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
3. Dapat
melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal.
b. Kekurangan
diskusi yaitu:
1. Sering
terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang
memiliki keterampilan berbicara.
2. Kadang-kadang
pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
3. Memerlukan
waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang
direncanakan.
4. Dalam
diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak
terkontrol.
Jenis-jenis
diskusi
a.
Diskusi kelas/diskusi kelompok
Adalah proses pemecahan masalah yang
dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. prosedur yang
digunakan dalam jenis diskusi ini adalah: pertama, guru membagi tugas
sebagai pelaksanaan diskusi. kedua, sumber masalah memaparkan masalah
yang harus dipecahkan selama 10-15 menit. ketiga, siswa diberi
kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator. keempat,
moderator menyimpulkan hasil diskusi.
b. Diskusi
kelompok kecil
Diskusi ini dilakukan dengan membagi
siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang.
c. Simposium
Adalah metode mengajar dengan
membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai susut pandang berdasarkan
keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada
siswa.
d. Diskusi
panel
Adalah pembahasan suatu masalah yang
dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di
hadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam
diskusi panel audiens tidak terlibat secara langssung tetapi berperan hanya
sekedar peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi.
Langkah-langkah melaksanakan diskusi
1. Langkah
persiapan
Hal-hal yang perhatikan dalam
persiapan antaranya:
·
Merumuskan tujuan yang ingin
dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
·
Menentukan jenis diskusi yang dapat
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
·
Menetapkan masalah yang akan
dibahas.
·
Mempersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi.
2. Pelaksanaan
diskusi
Hal-hal yang perlu diperhatikan
yaitu:
·
Memeriksa segala persiapan yang
dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi.
·
Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan
diskusi.
·
Melaksanakan diskusi sesuai dengan
aturan main yang telah ditetapkan.
·
Memberikan kesempatan yang sama
kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan-gagasan dan
ide-idenya.
·
Mengendalikan pembicaraan kepada
pokok persoalan yang sedang dibahas.
3.
Menutup diskusi
·
Membuat pokok-pokok pembahasan
sebagai kesumpulan sesuai dengan hasil diskusi.
·
Mereview jalannya diskusi dengan
meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan
selanjutnya.
6. Metode
Demonstrasi
Metode demontrasi adalah metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya
sekedar tiruan.
Kelebihan dan kekurangan metode
demonstrasi
a. Kelebihan
·
Melalui metode ini terjadinya
verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memerhatikan
bahan pelajaran yang dijelaskan.
·
Proses pembelajaran akan lebih
menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang
terjadi.
·
Dengan cara mengamati secara
langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan
kenyataan.
b.
Kelemahan
·
Metode ini memerlukakan persiapan
yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demontrasi bisa gagal
sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.
·
Demontrasi memerlukan peralatan,
bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini
memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan metode ceramah.
·
Demontrasi memerlukan kemampuan dan
keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih
profesional.
Langkah-langkah menggunakan metode
demonstrasi
a. Tahap
persiapan
·
Rumuskan tujuan yang harus dicapai
oleh siswa setelah proses demontrasi berakhir.
·
Persiapan garis besar
langkah-langkah demontrasi yang akan dilakukan.
·
Lakukan uji coba demontrasi.
b.
Tahap pelaksanaan
1.
Langkah pembukaan
·
Aturlah tempat duduk.
·
Kemukakan tujuan apa yang harus
dicapai oleh siswa.
·
Kemukakan tugas-tugas apa yang harus
dilakukan oleh siswa.
2.
Langkah pelaksanaan demonstrasi
·
Mulailah demontrasi dengan
kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir.
·
Ciptakan suasana yang menyejukkan
dengan menghindari suasana yang menegangkan.
·
Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti
jalannya demontrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.
·
Berikan kesempatan kepada siswa
untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari
proses demontrasi itu.
3.
Langkah mengakhiri demonstrasi.
·
Memberikan tugas-tugas tertentu yang
ada kaitannya dengan pelaksanakan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan
pembelajaran.
7.
Karya Ilmiah
Karya
ilmiah terbentuk dari kata “karya” dan “ilmiah”. Karya berarti kerja dan hasil
kerja dan ilmiah berari bersifat ilmu. Dengan demikian karya ilmiah berarti
kerja atau hasil kerja berdasarkan ilmu atau kerja yang bersifat ilmu. Ilmu
merupakan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan metode-metode ilmiah.
Prosedur Penyusunan
Karya Ilmiah
Sitematika
Penyusunan Karya Ilmiah dan Teknik Penyusunannya
Bagian
Awal
1. Hal-hal yang termasuk bagian
awal adalah :
2. Halaman sampul
3.Halaman judul
4. Abstrak
5. Kata Pengantar
6. Daftar Isi
7. Daftar Gambar
8. Daftar Lampiran
Bagian Inti
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
E. Kegunaan Penelitian
F. Definisi Operasional
BAB
II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian pustaka setiap variabel
B. .Hipotesis (jika ada)
BAB
III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Populasi dan Sampel Penelitian
D. Metode Penelitian
E. Instrumen Penelitian
F. Teknik
Analisis Data
BAB
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
B. Uji Prsayarat Analisis
C. Pengujian Hipotesis
D. Pembahasan hasil penelitian
BAB
V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran
Bagian
Akhir
• Daftar Pustaka
• Lampiran
• Riwayat Hidup Penulis
8.
Penugasan
Metode
penugasan (resitasi terstruktur) adalah pemberian tugas kepada siswa di luar
jadwal sekolah atau diluar jadwal pelajaran yang pada akhirnya
dipertanggungjawabkan kepada guru yang bersangkutan.Metode resitasi terstruktur
merupakan salah satu pilihanmetodemengajar seorang guru, dimana guru memberikan
sejumlah item tes kepada siswanya untuk dikerjakan di luar jam pelajaran.
Pemberian item tesini biasanya dilakukan pada setiap kegiatan belajar mengajar
di kelas, pada akhir setiap pertemuan atau akhir pertemuan di
kelas.Pemberiantugasini merupakan salah satu alternatif untuk lebih
menyempurnakan penyampaian tujuan pembelajaran khusus.
Hal ini
disebabkan oleh padatnya materi pelajaran yang harus disampaikan sementara
waktu belajar sangat terbatas di dalam kelas. Dengan banyaknya
kegiatanpendidikan di sekolah dalam usahameningkatkan mutu dan frekuensiisi
pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa utnuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar tersebut. Rostiyah (1991:32) menyatakan bahwa untuk mengatasi keadaan
seperti diatas, guru perlu memberikantugas-tugasdiluar jam pelajaran. Sumiati
Side (1984:46) menyatakan bahwa pemberiantugas-tugasberupa PR mempunyai
pengaruh yang positifterhadap peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia.
Teori
Stimulus-Respon (S – R) mendukung dalam hal ini yaitu : Prinsip utama belajar
adalah pengulangan. Bila S diberikan kepada obyek maka terjadilah R. Dengan
latihan, asosiasi antara S dan R menjadi otomatis. Lebih sering asossosiasi
antara S dan R digunakan makin kuatlah hubungan yang terjadi, makin jarang
hubungan S dan R dipergunakan makin lemahlah hubungan itu (Herman Hudoyo, 1990
: 5).Di dalam suatu kelas, tingkat kemampuan siswa cukup heterogen, sebagian
dapat langsung mengeri pelajaran hanyasatu kali penjelasan oleh guru, sebagian
dapat mengerti bila diulangi dua atau tiga kali materinya dan sebagian lagi
baru dapat mengerti setelah diulangi di rumah atau bahkan tidak dapat mengerti
sama sekali.Umumnya seorang guru mengaturkecepatan mengajarnya sesuai dengan
keadaan rata-rata siswa dengan beberapa penyesuaian terhadap yang kurang mampu
ataupun yang dianggap pandai.
Adapun
prosedurmetoderesitasiterstruktur yang perlu diperhatikan dalam melakukan
pengajaran antara lain : memperdalam pengertian siswa terhadao pelajaran yang
telah diterima, melatih siswa ke arah belajar mandiri, dapat membagi waktu
secara teratur, memanfaatkan waktu luang, melatih untuk menemukan sendiri
cara-cara yang tepat untuk menyelesaikantugasdan memperkaya pengalaman di
sekolah melalai kegiatan di luar kelas (Sri Anitah Wiryawan,
1990:30).Selanjutnya,metoderesitasiterstruktur ini dianggap efektif Imansyah
Alipandie bila hal-hal berikut ini dapat dilaksanakan yaitu : merumuskan tujuan
khususyang hendak dicapai,tugasyang diberikan harus jelas, waktu yang
disediakan untuk menyelasaikantugasharus cukup (Imansyah Alipandie, 1984:93).
Sudirman
(1992:145) dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Pendidikan” langkah-langkah yang
ditempuh dalam pendekatan pelaksanaanmetoderesitasiterstruktur yaitu:
1. Tugasyang
diberikan harus jelas
2. Tempat
dan lama waktu penyelesaiantugasharus jelas
3. Tugasyang
diberikan terlebihdahulu dijelaskan/diberikan petunjuk yang jelas, agar siswa
yang belum mampu memahamitugasitu berupaya untuk menyelesaikannya
4. Guru
harus memberikan bimbingan utamanya kepada siswa yang mengalami
kesulitanbelajar atau salah arah dalam mengerjakantugas.5. Memberi dorongan
terutama bagi siswa yang lambat atau kurang bergairah
mengerjakantugas(Sudirman, 1992 : 145)
9.
Pemecahan Masalah
Pengertian Metode Pemecahan Masalah
(Problem solving Method)
Metode pemecahan masalah (problem
solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan
melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau
perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara
bersama-sama.
Penyelesaian masalah merupakan proses
dari menerima tantangan dan usaha – usaha untuk menyelesaikannya sampai
menemukan penyelesaiannya. menurut Syaiful
Bahri Djamara (2006 : 103) bahwa:Metode problem solving (metode
pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan
suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan
metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Menurut N.Sudirman (1987:146) metode problem
solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah
sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha
untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Sedangkan menurut Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang
mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada
terselesaikannya suatu masalah secara menalar.
Senada dengan pendapat diatas Sanjaya
(2006:214) menyatakan pada metode pemecahan masalah, materi pelajaran tidak terbatas
pada buku saja tetapi juga bersumber dari peristiwa – peristiwa tertentu sesuai
dengan kurikulum yang berlaku. Ada beberapa
kriteria pemilihan bahan pelajaran untuk metode pemecahan masalah yaitu:
a.
Mengandung isu – isu yang mengandung
konflik bias dari berita, rekaman video dan lain – lain
b.
Bersifat familiar dengan siswa
c.
Berhubungan dengan kepentingan orang
banyak
d.
Mendukung tujuan atau kompetensi
yang harus dimiliki siswa sesuai kurikulum yang berlaku
e.
Sesuai dengan minat siswa sehingga
siswa merasa perlu untuk mempelajari
Dalam
pelaksanaan pembelajaran sehari-hari
metode pemecahan masalah banyak digunakan guru bersama dengan penggunaan
metode lainnya. Dengan metode ini guru tidak memberikan informasi dulu tetapi informasi diperoleh siswa setelah
memecahkan masalahnya. Pembelajaran pemecahan masalah berangkat dari masalah
yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan.
Suatu
soal dapat dipandang sebagai “masalah” merupakan hal yang sangat relatif. Suatu
soal yang dianggap sebagai masalah bagi seseorang, bagi orang lain mungkin
hanya merupakan hal yang rutin belaka. Dengan demikian, guru perlu berhati-hati
dalam menentukan soal yang akan disajikan sebagai pemecahan masalah. Bagi
sebagian besar guru untuk memperoleh atau menyusun soal yang benar-benar bukan
merupakan masalah rutin bagi siswa mungkin termasuk pekerjaan yang sulit. Akan
tetapi hal ini akan dapat diatasi antara lain melalui pengalaman dalam
menyajikan soal yang bervariasi baik bentuk, tema masalah, tingkat kesulitan,
serta tuntutan kemampuan intelektual yang ingin dicapai atau dikembangkan pada
siswa.
Pembelajaran
problem solving merupakan bagian dari pembelajaran berbasis masalah
(PBL). Menurut Arends (2008 : 45) pembelajaran berdasarkan masalah merupakan
suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang
otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri.
Pada
pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk melakukan pemecahan
masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi
sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan
yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban
yang benar artinya siswa dituntut pula untuk belajar secara kritis. Siswa
diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan
pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada di lingkungannya.
Dari
pendapat di atas maka dapat disimpulkan metode pembelajaran problem solving
adalah suatu penyajian materi pelajaran yang menghadapkan siswa pada persoalan
yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam pembelajaran ini siswa di haruskan melakukan penyelidikan otentik untuk
mencari penyelesaian terhadap masalah yang diberikan. Mereka menganalisis dan
mengidentifikasikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan
menganalisis informasi dan membuat kesimpulan.
Manfaat dan Tujuan dari Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving
Method)
Manfaat
dari penggunaan metode problem solving
pada proses belajar mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih
menarik. Menurut Djahiri (1983:133) metode problem
solving memberikan beberapa manfaat antara lain :
i.
Mengembangkan sikap keterampilan siswa
dalam memecahkan permasalahan, serta dalam mengambil kepuutusan secara objektif
dan mandiri
ii.
Mengembangkan kemampuan berpikir
para siswa, anggapan yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila
pengetahuan makin bertambah
iii.
Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi
diproses dalam situasi atau keadaan yang bener – bener dihayati, diminati siswa
serta dalam berbagai macam ragam altenatif
iv.
Membina pengembangan sikap perasaan
(ingin tahu lebih jauh) dan cara berpikir objektif – mandiri, krisis – analisis
baik secara individual maupun kelompok
Berhasil
tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan dari pembelajaran problemsolving
adalah sebagai berikut.
1.Siswa
menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan
akhirnya meneliti kembali hasilnya.
2.Kepuasan
intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.
3.Potensi
intelektual siswa meningkat.
4.Siswa
belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
Langkah – Langkah Metode Pemecahan
Masalah (Problem Solving Method)
Penyelesaian
masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002:115) dapat dilakukan melalui
enam tahap yaitu
Tahap –
Tahap
|
Kemampuan
yang diperlukan
|
1) Merumuskan masalah
|
Mengetahui
dan merumuskan masalah secara jelas
|
2) Menelaah masalah
|
Menggunakan
pengetahuan untuk memperinci menganalisa masalah dari berbagai sudut
|
3) Merumuskan
hipotesis
|
Berimajinasi
dan menghayati ruang lingkup, sebab – akibat dan alternative penyelesaian
|
4) Mengumpulkan dan
mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
|
Kecakapan
mencari dan menyusun data menyajikan data dalam bentuk diagram,gambar dan
tabel
|
5) Pembuktian
hipotesis
|
Kecakapan
menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung – hubungkan dan menghitung
Ketrampilan
mengambil keputusan dan kesimpulan
|
6) Menentukan pilihan
penyelesaian
|
Kecakapan
membuat altenatif penyelesaian kecakapan dengan memperhitungkan akibat yang
terjadi pada setiap pilihan
|
Kelebihan dan Kekurangan Pemecahan Masalah (Problem Solving Method)
Pembelajaran
problem solving ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulan
model pembelajaran problem solving diantaranya yaitu melatih siswa untuk
mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan masalah
yang di hadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan,
menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan
berpikir siswa untuk menyelesaikan masalahyang dihadapi dengan tepat, serta
dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia
kerja.
Sementara
kelemahan model pembelajaran problem solving itu sendiri seperti
beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misalnya
terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan
mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
Dalam pembelajaran problem solving ini memerlukan alokasi waktu yang
lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
Komentar
Posting Komentar